Thursday, October 4, 2012

Antibiotik yang mencemari lingkungan - Apa bahayanya?

Perang antibiotik melawan bakteri infeksius telah berlangsung selama 84 tahun sejak ditemukannya penisillin, antibiotik pertama, oleh Alexander Fleming. Kini, variasi antibiotik dengan berbagai macam cara kerjanya telah tersedia untuk menambah "senjata" melawan bakteri penyebab infeksi. Namun, suatu fakta yang kurang disadari oleh masyarakat adalah kemunculan dari berbagai bakteri yang resisten terhadap antibiotik mengakibatkan manusia kehabisan "senjata" untuk melawan bakteri penyebab infeksi.

Pada dasarnya, resistensi suatu bakteri muncul sebagai akibat dari mutasi yang terjadi berdasar pada sistem pertahanan diri dari bakteri. Bila suatu bakteri terpapar oleh antibiotik, dan katakanlah bakteri tersebut "setengah-mati", maka potensi untuk bertahan hidup masih ada, bahkan bakteri tersebut berusaha mempertahankan diri dari serangan yang sama atau katakanlah antibiotik yang pernah hampir membunuhnya dulu. Hal ini tidak menjadi masalah yang besar bila hanya bakteri yang terpapar saja dan hampir mati saja yang mengalami resistensi terhadap antibiotik. Sayangnya, bakteri memiliki potensi untuk menularkan sifat resistensi tersebut kepada bakteri lainnya, sehingga pada akhirnya terdapat koloni besar bakteri dengan sifat resistensi terhadap suatu antibiotik tertentu.

Lalu, sebenarnya apa peranan manusia sebagai penyebab dari kemunculan resistensi dari bakteri tersebut? Banyak! Yaitu:
  • Penggunaan antibiotik yang tidak adekuat - tidak melanjutkan mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan yang diresepkan dokter karena merasa sudah sembuh (berhenti mengkonsumsi sebelum habis)
  • Dosis antibiotik yang tidak adekuat - sehingga kurang mampu membunuh bakteri
  • Indikasi pengobatan yang tidak tepat - penggunaan antibiotik untuk mengobati virus
  • Polusi antibiotik di lingkungan
Dari empat penyebab yang disebutkan di atas, tiga penyebab teratas sudah sering dibicarakan dalam berbagai majalah kesehatan, tetapi tidak untuk penyebab yang ke empat, yaitu polusi antibiotik di lingkungan.

Telah diteliti bahwa terdapat kontaminasi antibiotik pada lingkungan, seperti di tanah, sungai, pertanian, ataupun tanaman. Berdasarkan hasil estimasi dari Huang et al (2001), diketahui bahwa terdapat 6 golongan antibiotik yang mengkontaminasi air dan tanah (aminoglikosida, beta laktam, fluorokuinolon, sulfonamida, dan tetrasiklin). Kontaminasi ini bersumber dari hasil ekskresi tubuh yang masih berupa metabolit aktif. Dalam hal ini, penyebab kontaminasi bukan hanya manusia, tetapi juga hewan yang diberikan antibiotik.

Metabolit aktif antibiotik yang diekskresikan manusia ataupun hewan akan mengalami proses alam yang bervariasi:
  • Adsorpsi : menempelnya zat (antibiotik) pada material alam (tanah, bebatuan)
  • Transformasi abiotik : perubahan yang terjadi pada zat melalui proses hidrolisis
  • Transformasi biotik : proses biodegradasi zat (antibiotik)
Proses alam tersebut akan mempengaruhi umur dan kemungkinan kontaminasi antibiotik di lingkungan bebas. Berdasarkan penelitian, dapat dibuat perbandingan kecepatan degradasi dari antibiotik di atas melalui 3 proses di atas sebagai berikut (diurutkan dari yang paling persisten hingga yang paling cepat mengalami degradasi): chlortetracycline > bacitracin > erythromycin > bambermycin > tylosin > penicillin and streptomycin.

Pertanyaan selanjutnya adalah: Apa bahayanya bila terjadi kontaminasi? mulai dari terganggunya ekologi mikrobial, gangguan kesehatan tubuh manusia (memberikan beban bagi tubuh untuk melakukan metabolisme), dan seperti yang dibicarakan di awal: meningkatnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Untuk mencegah dan menangani hal ini bukanlah hal yang mudah. Tidak memungkinkan untuk mengatur pembuangan urin dan feses manusia ataupun hewan yang mengkonsumsi antibiotik di suatu tempat penampungan khusus. Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan cara membatasi penggunaan dari antibiotik sesuai dengan indikasinya. Dengan mencegah penggunaannya secara berlebihan, maka bahaya akibat antibiotik dapat diatasi untuk 2 masalah penggunaan antibiotik yang telah disebutkan di atas (penggunaan yang tidak sesua indikasi dan kontaminasi antibiotik di lingkungan).  

Daftar pustaka:
1. Huang C, Renew J, Smeby K. Assessment of potential antibiotic contaminants in water and preliminary occurrence analysis. Baltimore, MD; 2001. pp. 1-40.
2. Mann D. Antibiotic in Environment Fuel Bacterial Resistance? Medscape; 2012 [updated 2012 Mei 8; cited 2012 Mei 15]; Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/763657.
3. Sadikin ZD. Penggunaan Obat yang Rasional. J Indon Med Assoc. 2011;61(4):145-8.

-ABM-

No comments:

Post a Comment